
SUPERONELIGA - Colossal Biosciences, perusahaan bioteknologi Amerika Serikat, telah mengumumkan rencana ambisius untuk menghidupkan kembali burung moa raksasa, spesies yang telah punah berabad-abad lalu.
Proyek ini, yang dibiayai sebagian oleh sutradara Peter Jackson, bertujuan untuk menciptakan keturunan moa melalui rekayasa genetika dengan menggunakan DNA dari fosil dan gen emu.
Burung moa hasil rekayasa genetika ini direncanakan untuk dikembangbiakkan di lokasi konservasi tertutup dalam kurun waktu 5-10 tahun mendatang. Namun, rencana ini menuai kritik tajam dari kalangan ilmuwan.
Baca juga : Resep Mee Goreng Mamak, Sajian Mie Goreng Gurih khas Malaysia
Banyak yang mempertanyakan kelayakan ilmiah proyek tersebut, mengatakan bahwa proyek ini lebih merupakan eksperimen genetika yang menciptakan organisme baru yang mirip moa, bukan menghidupkan kembali spesies asli.
Kekhawatiran juga diutarakan mengenai aspek perilaku dan budaya hewan liar yang kompleks dan tidak dapat direplikasi hanya melalui manipulasi genetika. Dr. Tori Herridge, seorang biolog evolusi, menegaskan bahwa 'de-extinction' bukanlah hal yang benar-benar mungkin.
Selain itu, para ahli konservasi mengungkapkan keprihatinan atas dampak ekologis dan etika dari proyek ini. Mereka khawatir bahwa proyek tersebut akan mengalihkan sumber daya dan perhatian dari upaya konservasi spesies yang terancam punah saat ini.
Baca juga : Daftar Pemain Suwon Hyundai Hillstate Musim 2025-2026, Amunisi Baru Jahstice Yauchi dan Kari Geissberger
Aroha Te Pareake Mead, anggota IUCN, menganggap proyek ini sebagai 'janji palsu' yang lebih didorong oleh ambisi daripada kepedulian lingkungan, terutama karena habitat asli moa sudah tidak ada lagi.
Studi di Nature Ecology and Evolution bahkan memperingatkan potensi kerugian bagi upaya konservasi nyata akibat alokasi dana untuk proyek 'de-extinction'. Meskipun menghadapi kritik, Colossal tetap optimis.
Mereka berpendapat bahwa teknologi mereka dapat membantu memulihkan fungsi ekosistem dan memperkuat keanekaragaman genetik spesies yang hampir punah.
Baca juga : Zinc Trail Run Bali 2025: Tantangan Lari di Pantai Pandawa dengan Hadiah Puluhan Juta Rupiah
Namun, para kritikus, seperti Nic Rawlence, ahli DNA purba dari University of Otago, menyatakan bahwa proyek ini lebih mirip fantasi fiksi ilmiah, menghasilkan 'designer animal' yang menyerupai moa secara fisik, tetapi bukan burung moa yang sesungguhnya.
Sumber : Berbagai sumber