:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5280800/original/031145400_1752281824-palace.jpg)
Crystal Palace menghadapi potensi kerugian besar hingga Rp547,3 miliar setelah UEFA mencabut tiket mereka ke Liga Europa musim 2024/2025.
Pencabutan ini disebabkan oleh pelanggaran aturan kepemilikan multi-klub, karena mantan pemilik saham mayoritas Palace, John Textor, juga memiliki Olympique Lyon yang lolos ke kompetisi yang sama.
Meskipun Palace memenangkan Piala FA, slot Liga Europa mereka dialihkan ke Nottingham Forest, memaksa mereka turun ke Conference League.
Pakar keuangan sepak bola, Kieran Maguire, memperkirakan kerugian sekitar Rp547,3 miliar jika banding Crystal Palace ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) ditolak.
Ia membandingkan pendapatan juara Conference League dan Liga Europa untuk mengilustrasikan selisih pendapatan yang signifikan.
Meskipun demikian, Maguire melihat peluang bagi Palace untuk memenangkan Conference League dan mengamankan tempat di Liga Europa musim berikutnya.
Kekecewaan semakin terasa karena Textor sudah menjual sahamnya kepada Woody Johnson, pemilik New York Jets.
Keputusan UEFA ini menimbulkan pertanyaan karena klub lain yang melanggar aturan serupa hanya dikenai denda.
Namun, Adam Williams, Kepala Konten Keuangan dan Tata Kelola Sepak Bola di TBR, optimistis dengan investasi besar Johnson dan potensinya untuk meningkatkan pendapatan klub melalui renovasi stadion dan daya tarik komersialnya.
Meskipun memulai musim di Conference League, Crystal Palace memiliki alasan untuk optimis menatap masa depan berkat dukungan finansial dan kepemimpinan baru dari Woody Johnson.
Renovasi stadion Selhurst Park diharapkan dapat meningkatkan pendapatan klub secara signifikan.